Mencari Formula Terbaik Bagi Siswa Untuk Tetap Merdeka Belajar Dari Rumah
Oleh : Teuku Syahrizal, S.Si*
"Teknologi tidak akan menggantikan guru hebat, tapi teknologi di tangan guru yang hebat akan menjadi transformasional"
George Couros
Innovator's Mindset Book Author
Saat sistem pembelajaran jarak jauh diterapkan, maka tantangan terbesar justru dihadapi oleh orang tua dan guru sebagai pendidik. Orang tua mau tidak mau harus ikut terlibat dalam proses yang ada. Malah terkadang juga "dipaksa" belajar lagi ketika mendampingi si buah hatinya belajar secara daring.
Belajar dari rumah atau dikenal juga dengan istilah belajar secara daring atau pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau dikenal juga sebagai Distancing Learning menjadi alternatif yang tidak dapat dielakkan dalam pelaksanaan proses pembelajaran dalam masa Pandemi Covid-19. Suka tidak suka proses pembelajaran harus tetap berjalan apapun kondisinya. Adaptasi dan inovasi teknologi menjadi sebuah keniscayaan bagi setiap warga satuan pendidikan, termasuk guru, siswa juga orang tua murid.
Sayup-sayup kita mendengarkan keluh kesah dari orang tua siswa seputar meningkatnya kebutuhan biaya untuk paket data atau bandwidth yang diperlukan untuk efektivitas belajar daring ini. Keluhan ini dirasakan secara bersamaan baik oleh guru maupun orang tua. Bahkan dapat juga cerita dan curhatan dari sejumlah orang tua dari peserta didik yang menyebutkan kalau anaknya semakin susah "dilepaskan" dari gadget. Susah dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Nah, makin komplek ternyata.
Harapan dan kekhawatiran berbalut menjadi satu.
Dalam sistem pembelajaran jarak jauh, dukungan sarana teknologi menjadi sangat menentukan. Gadget telepon pintar dengan dukungan jaringan telekomunikasi yang baik menjadi kebutuhan yang tidak terelakkan disaat sistem belajar dari rumah ini mau diterapkan. Di daerah perkotaan yg jaringan internetnya memadai tentunya permasalahan ini tidak akan terlalu mengganggu, kecuali kebutuhan untuk biaya pulsa dan data pastinya akan sedikit membengkak. Sampai sejauh ini bagi sebagian orang tua masih akan berusaha dapat memberikan kesempatan terbaik kepada anaknya untuk mendapatkan kesempatan belajar yang terbaik walaupun harus belajar secara daring. Kondisi menjadi sedikit berbeda untuk daerah yg "blank spot", jauh dari jaringan telekomunikasi yang memadai. Juga ternyata tidak semua orang tua mampu memenuhi kebutuhan akan sarana pembelajaran jarak jauh seperti smartphone dan paket datanya.
Sebagai seorang guru, kondisi tersebut harus menjadi sebuah cemeti kuat bagaimana dalam situasi tidak normal seperti masa pandemi ini tetapi tetap dapat melanjutkan pembelajaran dengan kondisi yang terbaik. Adaptasi dan inovasi dalam melaksanakan pembelajaran bagi peserta didiknya akan sangat diperlukan. Bagaimana caranya peserta didiknya tetap mendapatkan pembelajaran yang terbaik walaupun dalam kondisi yang serba sulit di era pandemi ini. Tanpa meninggalkan peran sebagai pendidik nilai-nilai karakter bagi peserta didik. Proses pembelajaran yang baik, tidak hanya terjebak pada proses transfer ilmu pengetahuan (knowledge) semata, tapi juga mengedepankan proses transfer nilai (pendidikan karakter) bagi peserta didiknya.
Di saat pembelajaran secara tatap muka atau secara klasikal tidak dapat dilaksanakan, bukan berarti proses pembelajaran harus terhenti. Di saat seperti ini menjadi momentum yang terbaik bagi seorang guru untuk segera melakukan adaptasi dan inovasi dalam proses pembelajaran yang berbasis teknologi.
Segala daya dukung teknologi perlu dioptimalkan penggunaannya dalam memberikan pengalaman belajar yang terbaik bagi peserta didiknya. Metode pembelajaran kombinasi sinkron dan asinkron dapat menjadi salah satu solusi terbaik dalam mengoptimalkan proses pembelajaran.
Metode sinkron (live) dapat memberikan kesempatan kepada seluruh warga satuan pendidikan (termasuk guru, siswa, dan orang tua) untuk dapat membangun interaksi sosial melalui media pertemuan virtual. Model webinar, zoom meeting, google meet, atau sarana video conference lainnya tiba-tiba menjadi pilihan yang tak terelakkan dalam situasi seperti pandemi saat ini. Semua peserta dapat tetap berinteraksi secara langsung (live) dan realtime dalam menyampaikan ide-idenya atau hanya sekedar menyapa dan membangun komunikasi verbal diantara seluruh komponen yang terlibat. Sehingga interaksi sosial akan tetap terbangun. Dalam pelaksanaan metode sinkron ini dukungan jaringan internet dari para peserta akan sangat menentukan. Hal ini sekaligus menjadi tantangan dan hambatan tersendiri dalam pelaksanaannya.
Berbeda dengan metode sinkron, metode asinkron dapat menjadi alternatif pembelajaran yang lebih fleksibel bagi peserta didik. Seorang guru atau pendidik dapat menyiapkan sejumlah bahan pembelajaran baik berupa rekaman video, modul, ataupun bahan pembelajaran lainnya untuk disajikan kepada peserta didiknya menggunakan sejumlah sarana teknologi. Bahan-bahan yang ada dapat disiapkan secara offline untuk kemudian di upload secara bertahap atau sekaligus saat dukungan jaringan internet memadai. Metode seperti ini diharapkan mampu menjadi solusi terutama bagi daerah yang minim jaringan internet.
Peserta didik juga dapat lebih fleksibel mengakses bahan-bahan pembelajaran yang dibagikan. Dapat mengunduhnya saat ada dukungan jaringan internet yang memadai. Untuk selanjutnya dipelajari kembali. Dalam metode asinkron ini peserta didik akan lebih fleksibel dalam mengatur jadwal belajarnya secara mandiri, atau menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan sesuai dengan target dan tenggat waktu yang diberikan oleh guru atau pengajar. Sehingga diharapkan akan mampu membangun karakter dan jiwa tanggung jawab dan kemandirian dalam diri peserta didik.
Sejumlah platform pembelajaran asinkron yang cukup populer digunakan antara lain seperti Google Classroom atau Google Kelas. Platform ini menjadi populer digunakan selain karena dapat digunakan secara gratis, juga menawarkan sejumlah fasilitas yang sangat melimpah bagi seorang guru dalam mengelola kelas pembelajarannya.
Kombinasi kedua metode sinkron dan asinkron dirasakan oleh penulis menjadi sebuah pilihan yang lebih moderat dalam mendukung pelaksanaan pengalaman belajar yang terbaik bagi peserta didik di masa pandemi Covid-19 ini. Sehingga proses pembelajaran yang ada tidak hanya sekedar mampu melakukan proses transfer ilmu pengetahuan saja, tapi juga mampu melakukan proses transfer nilai bagi peserta didiknya. Nah, ini menjadi tantangan terbesar bagi seorang pendidik menyongsong era digitalisasi pendidikan di zaman modern ini.
*Penulis adalah seorang pegiat pendidikan dan sosial, seorang guru di SDIT BIC Muntok.
Mantap pak, 👍👍👍
BalasHapusTerima kasih banyak atas reviewnya pak 🙏🏻
HapusGood job... semoga di masa pandemi, belajar tetap bisa efektif.. setiap tantangan yg dihadapi, seyogyanya kita sebagai pendidik harus siap dengan segala tantangan... itulah namanya guru hebat..
BalasHapusBy Zahniar
Hapus