"Tulisan Opini ini sudah pernah dimuat dalam bentuk edisi cetak pada Harian Babel Pos, edisi Jumat, 2 Juli 2021"
KITA sedang menghadapi perang semesta, kita tidak tahu kapan perang ini berakhir. Musuh yang kita hadapi bersama ini adalah Covid-19. Virus ini nyata, bukan rekayasa atau konspirasi dan dapat menyerang siapa saja yang dapat membawa akibat buruk, bahkan kematian. Untuk itu perlu langkah terbaik untuk memutus mata rantai penularannya. Rumah sakit dan tenaga kesehatan merupakan garda terakhir. Diperlukan usaha dari hulu yang dapat melibatkan semua elemen masyarakat dan ini dimulai dari unit terkecil yaitu keluarga.
Gelombang kedua Covid-19 kembali dilaporkan di beberapa Negara di dunia. India misalnya, sejak awal April dikatakan telah mengalami gelombang kedua Covid-19. Lebih dari 200.000 kasus harian dilaporkan sejak 15 April2021. Terjadi peningkatan kasus positif yang cukup signifikan dibandingkan dengan kasus harian tahun lalu yang berkisar sekitar 93.000 kasus setiap hari. Selain itu gelombang kedua ini juga dilaporkan di beberapa Negara di Eropa. Gelombang kedua ini juga sangat mungkin terjadi di Negara kita tercinta, Indonesia.
Gelombang kedua ini sangat mungkin terjadi karena kita sudah mulai ‘lelah’ sehingga menjadi abai. Lelah memakai masker, lelah mencuci tangan dan menjaga jarak. Kelelahan ini semakin lama dapat menimbulkan sikap abai yang tidak perduli dengan pandemi yang terjadi. Sebagian dari masyarakat kita juga masih ada yang belum percaya Covid-19. Ditambah lagi banyak tempat-tempat umum yang mulai dibuka tanpa menjalankan protokol kesehatan yang ketat. Pengunjung pasar, tempat rekreasi, dan tempat umum lainnya banyak yang lengah memakai masker, mencuci tangan dan atau menjaga jarak.
Hari keluarga nasional (harganas) yang jatuh pada tanggal 29 Juni setiap tahunnya harus menjadi momentum untuk menumbuhkan kesadaran bagi setiap individu akan pentingnya kembali ke unit terkecil yang sangat berharga yaitu keluarga. Untuk ini perlu peran keluarga dalam melawan Covid-19. Keluarga adalah sumber kebahagiaan, keceriaan, pusat cinta dan kasih sayang yang senantiasa menjadi motivator dan perisai dari berbagai persoalan.
Keluarga merupakan support system utama dalam memutus mata rantai penularan Covid-19. Masing-masing anggota keluarga mempunyai peranan penting. Peran yang dimaksud adalah keteladanan, motivator, pendidik, penegak disiplin dan terapis. Peran ini dapat dijalankan masing-masing anggota keluarga dengan cara berkolaborasi.
Seorang kepala keluarga dalam hal ini orang tua harus memberikan contoh yang baik kepada anak-anak dan anggota keluarga yang lain. Peran keteladanan ini cukup efektif karena mempunyai efek psikologis yang kuat dalam mengubah prilaku anggota keluarga. Seorang anak tanpa diminta akan terbiasa memakai masker ketika melihat orang tuanya selalu memakai masker di luar rumah. Akan tetapi apabila sebaliknya, anak dapat kurang mengindahkan nasehat orang tuanya.
Kepala keluarga atau orang tua juga harus memberikan informasi yang benar kepada anaknya. Inilah yang dimaksud dengan fungsi sebagai pendidik yang mencakup memberikan pengetahuan dan ketrampilan. Sebutlah seorang ibu harus dapat mengajarkan 6 langkah dalam mencuci tangan kepada anaknya. Ibulah orang yang sangat mengerti bagaimana teknik agar anaknya mudah memahami dan dapat menerapkan apa yang diajarkan. Misalnya bagi anak balita, ibu dapat mengajarkan cara cuci tangan dengan nyanyian atau permainan yang menarik sehingga anaknya mempunyai minat untuk mencuci tangan dengan benar. Peran pendidik bukan hanya dilakukan oleh orang tua. Akan tetapi juga dapat dilakukan oleh anggota keluarga yang lain, misalnya pendidikan seorang kakak terhadap adiknya.
Dengan perkembangan teknologi sekarang ini begitu banyak informasi yang dapat diperoleh baik secara langsung maupun tidak langsung seperti dari sosial media, televisi, koran, majalah, dan lain-lain. Setiap anggota keluarga juga harus mempunyai filter yang dapat menyaring bebagai informasi yang masuk. Dengan demikian akan dapat memperoleh informasi dan pengetahuan yang benar.
Keluarga berperan sebagai juga berperan sebagai penegak disiplin. Peran ini sering dijalankan oleh orang tua atau yang dituakan dalam keluarga. Kesepakatan bersama yang dilandasi dengan pemahama harus dibuat terlebih dahulu sebagai bingkainya. Peran ini erat kaitannya dengan pemberian reward dan punishment. Ketika sebuah kesepakatan bersama dilanggar, salah satu anggota keluarga dapat memberikan sanksi bagi si pelanggar. Sebaliknya apabila ia dapat menjalankan kesepatannya dengan baik, penghargaan juga layak diterimanya.
Berkumpul bersama keluarga merupakan sesuatu yang selalu dirindukan. Istilah ‘homesick’ ketika berjauhan dari rumah dan anggota keluarga yang lain. Ketika anggota keluarga sibuk dengan urusannya di luar rumah, kelelahan, kebosanan, bahkan penyakit sangat mungkin terjadi. Kembali ke rumah bersama orang-orang yang dicintai akan memberi sebuah energi baru. Inilah yang dimaksud peran keluarga sebagai terapis.
Keluarga sebagai motivator akan membantu seseorang untuk mencapai tujuannya dengan memaksimalkan potensi-potensi yang dimilikinya. Ketika salah satu anggota keluarga tidak bersemangat dalam menerapkan protokol kesehatan, maka anggota keluarga yang lain dapat mengingatkan kembali dengan memberikan motivasi yang dapat diterima oleh anggota keluarga yang lain.
Pada masa pandemi, kerjasama yang baik antar sesama anggota keluarga dapat menjadi solusi. Tinggal di rumah juga menjadi salah satu usaha mencegah penularan Covid-19. Komitmen dalam menjalankan protokol kesehatan dengan ‘3M’ yaitu mencuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak. Dengan membatasi keluar rumah untuk hal yang kurang penting akan menghindari anggota keluarga kontak dengan orang lain yang mungkin saja membawa virus Covid-19. Ini dapat memutus mata rantai penularan Covid-19. Selain itu, dengan membatasi mobilitas akan menjaga imunitas anggota keluarga, menghindari kelelahan yang berkepanjangan dan stress akibat beban pekerjaan. Tentunya imunitas ini juga harus didukung dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi dn seimbang, minum air yang cukup (2 liter per hari), kebiasaan berjemur selama 15-30 menit selama 3 kali atau lebih dalam seminggu, istirahat yang cukup, dan olah raga secara teratur. Selain itu, hal yang tidak kalah penting adalah senantiasa berdoa kepada Tuhan Yaang Maha Esa agar terhindar dari semua penyakit dan pandemi ini akan segera berakhir.
Mantapks tulisannya, kita doakan semoga pandemi ini segera Allah angkat.
BalasHapusAamiin Yaa Rabbal Alamiin 🤲
HapusTerima kasih atas apresiasinya 🙏🏻